EKONOMI POLITIK
Pengertian Ekonomi Politik
Ekonomi dan politik berasal dari bahasa Yunani. Ekonomi berasal dari kata
"oikos" yang berarti aturan dan "nomos" yang berarti rumah
tangga. Sedangkan politik berasal dari kata "polis” yang berarti
negara atau kota. Berdasarkan maknanya yang secara empiris tidaklah sama, namun
dalam perkembangan dunia kedua kata tersebut menjadi hal yang berkaitan dan
saling mempengaruhi. Tindakan politik tidak terbebas dari kepentingan ekonomi
dan sebuah kebijakan ekonomi tidak terlepas pula dari kepentingan politik.
Dengan demikian ekonomi politik dimaksudkan untuk mengungkapkan kondisi di mana produksi atau konsumsi diselenggarakan negara-negara.
Definisi ekonomi polotik menurut Balaam merupakan disiplin
intelektual yang mengkaji hubungan antara ekonomi dan politik. Menurut P.
Todaro, ekonomi politik membahas hubungan politik dan ekonomi dengan tekanan
pada peran kekuasaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pakar lainnya
menggunakan istilah ekonomi politik untuk merujuk pada masalah yang dihasilkan
oleh interaksi kegiatan ekonomi dan politik. Dengan
demikian ekonomi politik menjelaskan dan mengungkapkan hukum-hukum produksi
kekayaan di tingkat negara dunia.
Ekonomi
Politik menunjukkan dua hal cara pandangnya. Pertama, ekonomi politik (klasik)
berdasar pada sebuah teori yang meletakkan buruh/pekerja sebagai sumber dari
nilai ekonomi. Teori ini (kritik ekonomi yang didasarkan pada profit motive
dari Robertson hingga Marx) telah dibalik dan menyatakan bahwa keuntungan yag
diperoleh berasal dari eksploitasi pekerja. Kesimpulan ini tentu saja tidak
diharapkan oleh pencetus teori ini, terutama Adam Smith dan David Ricardo,
sebagai pembela laissez faire (mekanisme pasar bebas; tentang laisser faire
akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya) dan keuntungan pribadi. Untuk
menunjukkan bahwa di dalam basis nilai-nilai ekonomi yang diproduksi oleh dunia
modern terdapat ekspoloitasi pekerja, merupakan tantangan utama pada legitimasi
system sosio-ekonomi yang didasarkan pada profit motive saat ini. Apa yang
telah dicetuskan Adam Smith dan David Ricardo (teori ekonomi politik klasik)
telah diubah menjadi ilmu ekonomi Alfred Marshall, yang menjadi dasar ekonomi
modern.
Kedua,
ekonomi politik saat ini mengacu pada studi relasi kuasa dan
institusi-institusi dalam masyarakat, dimana mampu mempengaruhi cara
mendapatkan dan menetapkan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia. Hematnya, studi
tentang ekonomi yang didasarkan pada asumsi: apa yang sedang berlangsung dalam
perekonomian dan pengaruh relasi kuasa sosial. Pada tradisi teoritis, relasi
kuasa ini terjadi di antara Negara-negara atau di antara bagian-bagian
masyarakat itu sendiri. Semenjak kepemilikan menjadi sebuah institusi yang
menciptakan ketidaksetaraan kekuasaan sosial, pasar dan institusi lain menjadi
mutlak politis karena mereka didasarkan pada ketidakseimbangan kekuasaan
sosial.
Dalam
konteks globalisasi saat ini, ekonomi politik memungkinkan kita untuk membedah
relasi kuasa dan institusi-institusi ini, mempelajari pengaruh-pengaruhnya,
mengingatkan konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi, dan memberika
kemungkinan-kemungkinan solusi atas permasalahan yang menumpuk,
alternative-alternatif yang dapat digali atas prinsip-prinsip pasar baik di
tingkat lokal maupun dunia.
Pendekatan dalam Ekonomi Politik
·
Pendekatan Pilihan Publik
Pilihan publik adalah suatu sikap
individu dalam menentukan pilihan mereka secara rasional. Dalam ekonomi politik, analisisnya
tertuju pada aktor. Aktor dianggap sebagai pelaku dari kegiatan ekonomi dan politik
dan berlandaskan pada asumsi dasar individualisme metodologis, yang menempatkan
sikap rasional idividu di dalam institusi non-pasar.
Namun karena sifatnya yang longitudinal, maka hasil yang
dimunculkan oleh model-model pilihan publik berbeda-beda pada satu negara ke
negara lainnya.
·
Pendekatan Neo-Marxis
Pendekatan neo-marxis dalam ekononomi
politik, menekankan pada sifat holistik yakni analisis secara menyeluruh,
mengenai pentingnya aspek-aspek ekonomi makro dari sistem ekonomi dan sistem
politik.. Selain itu, pendekatan ini memiliki model yang memiliki aspek
komparatif, yakni berusaha membandingkan secara eksplisit.
Pendekatan ini juga menyoroti dan
memodelkan berbagai perbedaan antar-negara di bidang kesejahteraan, pertumbuhan
ekonomi dan ketergantungan kelas sosial di masyarakat.
Faktor-Faktor Ekonomi Politik
Tidak jarang kita pernah mendengar besarnya
pengaruh politik dalam ekonomi, baik dalam institusi politik maupun
kebijakan pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Kebijakan publik pemerintah
dibidang industri sangat besar pengaruhnya terhadap perintisan terhadap
perkembangan yang biasa disebut Rostow, tahap tinggal landas, hasil tesis Olson
mengatakan bahwa kepolitikan nasional (Institusioanl sclerosis) di suatu negara menyebabkan merosotnya rata-rata pertumbuhan
ekonomi negara itu.
Kemudian yang menjadi pertanyaan oleh penulis
adalah bagaimana dengan sistem ekonomi yang di bangun di negeri ini? Indonesia
memiliki sumber daya alam yang kaya tapi rakyatnya jauh dari kemapanan, padahal
kekayaan negera dipergunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat, dimana
letak kesalahan sistem yang kita bangun? Relatif sulit semua yang di
kelolah pemerintah maju, hampir rata-rata perusahan badan usaha negara
rugi dan sulit untuk berkembang, PLN dan pertamina, krakatau still.
Nasionalisasi perusahaan tidak mampu
menjadikan kita menjadi bangsa yang mandiri, hampir relatif sedikit sekali
badan usaha negara kita yang bisa bertahan lama, entah kapan atau bisa jadi
basok gulung tikar, ini sangat bahaya ketika ini diambil oleh pasar, maka
pengalaman kita ketika menjual indosat, terbukti sekarang pulsa menjadi mahal,
karena harga telah didominasi oleh swasta, negara seakan tidak berdaya dalam
menghadapi ini semua.
Kalau kita komperatifkan dengan Cina misalnya,
sampai sekarang masih banyak perusaahan negara yang bertahan, dan mampu
mensejahterakan rakyatnya. Indonesia kalau kita lihat secara sepintas sedang
menuju neo liberalisme yang tidak lagi terkontrol, Perguruan tinggi juga tidak
terlepas dari produk neo-liberalisme.
Sekedar mencontohkan kepentingan atau magnet
politik lebih kuat dari magnet ekonomi itu sendiri, artinya ekonomi kerakyatan
tersandera oleh politik. Yang membuat RUU migas misalnya di buat oleh Usaid atau bule-bule asing bersama
LSM, dari pihak asing dititipkan kata-kata dibeli untuk kepentingan usaha atau
bisnis mereka, berkembangnya perusahaan asing di Indoensia tentu akan
merugikan dan berbahaya terhadap migas di negeri ini.
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusKaos Dakwah Terbaru
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Mungkin Kau Sering Lupa Kebaikan Istrimu