Ekonomi
olitik klasik/neoklasik berakar dari mazhab ekonomi klasik yang menjadi sumber
terpenting perumusan kebijakan ekonomi abad 20 dan 21. Mazhab ini yang menjadi
cikal bakal system ekonomi kapitalis. Sistem ekonomi kapitalis tegak oleh 4
pilar dasar yaitu : 1. Kegiatan ekonomi dalam sistem kapitalis digerakkan dan
dikoordinasi oleh pasar (bebas) dengan instrument harga sebagai penanda
(sinyal). 2. Setiap individu mempunyai kebebasan untuk mempunyai hak
kepemilikan (property rights) sebagai dasar melakukan transaksi (exchange). 3.
Kegiatan ekonomi dipisahkan oleh tiga pemilik factor produksi, yakni pemodal
(capital), tenaga kerja (labor), dan pemilik lahan (land). 4. Tidak ada
halangan bagi pelaku ekonomi untuk masuk dan keluar pasar (free entry and exit
barriers).
Dalam
hal penguatan pasar, kegiatan ekonomi digerakkan oleh sector swasta lewat
pasar, sehingga bisa mendeskripsikan preferensi setiap individu. Ekonomi
kapitalis sangat tergantung dari kelembagaan yang memapankan dan menjamin hak
kepemilikan privat secara sukarela berdasarkan kontrak.
Ekonomi
politik klasik dibangun dengan dua pokok pikiran, yaitu pasar dapat meregulasi
sendiri (self- regulating market) dan eksistensi teori nilai dan distribusi
(value and distribution). Premis self- regulating market merupakan doktrin
tentang ketangguhan pasar dalam mengorganisasi kegiatan atau transaksi ekonomi
yang dipandu oleh sinyal harga dan perilaku mencari keuntungan (profit-seeking
behavior). Sedangkan teori value and
distribution menyatakan bahwa nilai suatu barang atau jasa diturunkan dari
system pembagian kerja, disini harga suatu barang atau jasa dihitung dari
jumlah (jam kerja) tenaga kerja yang digunakan.
Ekonomi
politik dalam pendekatan klasik dimaknai sebagai hubungan di antara dua
kelembagaan, yaitu pasar dan Negara. Ekonomi politik mempercayai bahwa seluruh
kegiatan ekonomi seharusnya dapat diorganisir oleh pasar. Hanya dalam aspek
distribusi pendaatan saja Negara diharapkan kehadirannya karena dalam realitas
soal distribusi pendapatan ini berkait dengan perjuangan kelas.
Watak
dasar dari Ekonomi Politik Klasik adalah memberikan garansi sepenuhnya pada
pasar untuk menggerakkan dan mengartikulasikan kegiatan ekonomi. Peran Negara
dibatasi pada persoalan non-ekonomi. Disini soal distribusi pendapatan pun
dianggap sebagai masalah politik ketimbang ekonomi.
Ekonomi
Politik Neoklasik sendiri tumbuh seiring dengan munculnya marginalist pada era
1780-an. Pusat pemikiran neoklasik adalah menempatkan individu sebagai
“constrained choice”. Inti dari pandangan ini adalah individu merupakan agen
yang memilih, yaitu seseorang yang memutuskan beberapa alternatif dari
tindakannya berdasarkan imajinasi tentang dampak dari keputusan tersebut
terhadap dirinya.
Secara
singkat, Ekonomi Politik Neoklasik sebetulnya bertumpu pada pemahaman tentang
keterbatasan pasar sebagai kelembagaan yang dapat memfasilitasi kepuasan
individu.
Pandangan Adam Smith atas konsep nilai
dibedakan menjadi 2 yaitu nilai pemakaian dan nilai penukaran. Hal ini
menimbulkan paradok nilai, yaitu barang yang mempunyai nilai pemakaian (nilai
guna_ yang sangat tinggi, misalnya air dan udara, tetapi mempunyai nilai
penukaran yang sangat rendah. Malahan boleh dikatakan tidak mempunyai nilai
penukaran. Sedangkan di sisi lain barang yang nilai gunanya sedikit tetapi
dapat memiliki nilai penukaran yang tinggi, seperti berlian. Hal ini baru diselesaikan
oleh ajaran nilai subyektif.
David Ricardo (1772-1823) seorang tokoh aliran
klasik menyatakan bahwa nilai penukaran ada jikalau barang tersebut memiliki
nilai kegunaan. Dengan demikian sesuatu barang dapat ditukarkan bilamana barang
tersebut dapat digunakan. Seseorang akan membuat sesuatu barang, karena barang
itu memiliki nilai guna yang dibutuhkan oleh orang. Selanjutnya David Ricardo
(1772-1823) juga membuat perbedaan antara barang yang dapat dibuat dan atau
diperbanyak sesuai dengan kemauan orang, di lain pihak ada barang yang sifatnya
terbatas ataupun barang monopoli (misalnya lukisan dari pelukis ternama, barang
kuno, hasil buah anggur yang hanya tumbuh di lereng gunung tertentu dan
sebagainya). Dalam hal ini untuk barang yang sifatnya terbatas tersebut
nilainya sangat subyektif dan relatif sesuai dengan kerelaan membayar dari para
calon pembeli. Sedangkan untuk barang yang dapat ditambah produksinya sesuai
dengan keinginan maka nilai penukarannya berdasarkan atas pengorbanan yang
diperlukan.
David Ricardo (1772-1823) mengemukakan bahwa
berbagai kesulitan yang timbul dari ajaran nilai kerja:
1. Perlu diperhatikan adanya kualitas kerja, ada kualitas kerja terdidik dan tidak terdidik, kualitas kerja keahlian dan lain sebagainya. Aliran yang klasik dalam hal ini tidak memperhitungkan jam kerja yang dipergunakan untuk pembuatan barang, tetapi jumlah jam kerja yang biasa dan semestinya diperlukan untuk memproduksi barang. Dari situ maka Carey kemudian mengganti ajaran nilai kerja dengan ”teori biaya reproduksi.”
2. Kesulitan yang terdapat dalam nilai kerja itu bahwa selain kerja masih banyak lagi jasa produktif yang ikut membantu pembuatan barang itu, harus dihindarkan
1. Perlu diperhatikan adanya kualitas kerja, ada kualitas kerja terdidik dan tidak terdidik, kualitas kerja keahlian dan lain sebagainya. Aliran yang klasik dalam hal ini tidak memperhitungkan jam kerja yang dipergunakan untuk pembuatan barang, tetapi jumlah jam kerja yang biasa dan semestinya diperlukan untuk memproduksi barang. Dari situ maka Carey kemudian mengganti ajaran nilai kerja dengan ”teori biaya reproduksi.”
2. Kesulitan yang terdapat dalam nilai kerja itu bahwa selain kerja masih banyak lagi jasa produktif yang ikut membantu pembuatan barang itu, harus dihindarkan
Contoh Kasus Kebijakan Ekonomi Politik Klasik
Misalnya menyangkut pasar bebas yang ada di 4 wilayah ( Batam . Karimun . Natuna Dan Bintan ). Pemerintah memberikan kebesana untuk mengatur sendiri penjualan yang ada didaerah tersebut tanpa ada campur tangan dari pemerintah
Ada lagi misalnya penentuan suku bunga bank Swasta maupun negeri . Pihak Bank bebas menentukan suku Bunganya sendiri tetapi ada margin atau batasan dari Bank Indonesia sehingga suku bunga itu tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah ini adalah salah satu contoh kebijakan Ekonomi Politik Klasik karena pemerintah tidak turut mencampuri masalah penentuan suku bungan ini.
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusKaos Dakwah Terbaru
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Mungkin Kau Sering Lupa Kebaikan Istrimu