EKONOMI POLITIK KEYNESIAN
Teori
keynesian ini berusaha mengkritik tentang konsep pasar yang meregulasi dirinya
sendiri yang banyak digunakan oleh para pemikir klasik dan neoklasik
sebelumnya. Dalam pandangan klasik dan neo mereka lebih beranggapan dan
menempatkan pada regulasi pasar mandiri. Pada penganut mahzab Keynesian
beranggapan bahwa ketiadaan regulasi pasar yang diciptakan oleh negara pasti
menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap sumber daya produktif masyarakat
tertentu. Berpijak pada hal inilah maka keynesian berpandangan bahwa dalam
derajat tertentu menhendaki adanya peran negara dalam aktifitas ekonomi
(Erani:31).
Namun
dalam pandangan keynesian ini peran negara dalam mencampuri aktifitas ekonomi
dibatasi dalam hal ketika mekanisme pasar mengalami kegagalan dalam. Oleh
karena itu selama mekanisme pasar masih normal peran negara dalam mencampuri
aktifitas ekonomi tidak diperbolehkan. Bagi keynes, dalam mekanisme pasar
diyakini akan terjadi kegagalan pembelian. Dengan membiarkan terus aktifitas
produksi secara bebas akan menciptakan penawaran produk yang berlimpah,
sehingga terjadi akumulasi penawaran (Caporaso:237). Pada sisi lain, dengan
terus mendorong aktifitas produksi mengakibatkan daya beli masyarakat tidak
kunjung meningkat. Namun dalam hal ini keynes sangat berbeda pandangan dengan
Adam Smith dimana Adam Smith sangat anti dengan campur tangan pemerintah
(Deliarnov:31).
Dalam
pandangan ini, kontribusi yang paling penting dari keynes bagi ekonomi politik
adalah pembuktian yang ia buat bahwa mekanisme penyesuaian diri dalam
perekonomian pasar (regulasi yang dilakukan pasar terhadap dirinya sendiri)
memiliki beberapa keterbatasan. Dengan kata lain, perekonomian pasar pada
dasarnya tidak mampu memanfaatkan keseluruhan potensi produksi yang ada dalam
masyarakat. Seringkali pasar kurang berhasil dalam mempertemukan antara pemasok
dengan pembeli (Caporaso:237). Model yang dibuat keynes untuk menjelaskan
fenomena pengangguran menunjukan bahwa mekanisme koreksi diri dalam pasar
ternyata bisa tidak berfungsi. Perubahan terhadap penilaian kolektif mengenai
kemampuan pasar untuk mengatur dirinya sendiri menghasilkan beberapa masalah
penting dalam agenda politik. Salah satu agenda yang terpenting adalah peran
dalam pemerintah untuk menjamin nafkah warga masyarakat dan menjamin adanya
investasi dalam masyarakat. Kritik keynesian menunjukan bagaimana
pengorganisasian pasar tenaga kerja dan pasar kapital menimbulkan persaingan
dalam pasar-pasar itu.
Dengan
demikian, dari keseluruhan deskriptif diatas bisa dirunut dengan sebuah narasi
bahwa keynesian berpandangan bahwa fungsi negara diperlukan untuk mencegah
terjadinya resesi ekonomi akibat rendahnya agregat permintaan (under
consumtion) bagi keynes, jika negara dibiarkan “diam” maka selamanya resesi
secara periodik akan muncul, karena persoalan rendahnya agregat permintaan
tersebut bersifat sistematis. Pemikiran ini dengan terang memberikan ilustrasi,
bahwa negara dalam moment-moment tertentu harus bertindak untuk mengatasi
kegagalan pasar (Erani:37). Tujuan dari tindakan ini untuk memulihkan kembali
aktifitas ekonomi sehingga tingkat kehidupan dan kesejahteraan rakyat dapat
terus berlangsung, yang dalam keadaan normal sebenarnya sudah terbiasa dijalankan
oleh pasar. Intervensi pemerintah lebih banyak dipakai untuk stabilisasi
ekonomi dengan berkutat pada area berikut, yakni memanipulasi permintaan
agregat, memperkuat sektor keuangan, dan stabilisasi harga. Sebagian besar hal
itu dilakukan dengan memanfaatkan kebijakan fiskal pemerintah.
Dalam
teori keynesian juga membahas tentang sirkularitas dari proses ekonomi. Dimana
dalam teori sirkularitas membahas tentang alur siklus produksi. Dalam aliran
keynesian juga membahas tentang alur sirkular tenaga kerja, dimana uang dalam
alur sirkular ini memainkan peran peran penting terutama ketika kita hendak
menelaah apakah proses ini berjalan stabil atau tidak stabil, sehingga perlu
menekankan bahwa semua pergerakan atau aliran dalam proses ini selalu
melibatkan uang.
Dalam
kenyataannya pasar yang justru sistem regulasinya diatur oleh pemerintah malah
tidak bisa menstabilkan kondisi pasar yang ada, padahal seharusnya kalau kita
merujuk pada pandangan keynesian, tentu mampu meredakan gejolak-gejolak yang
ada dalam mekanisme pasar itu sendiri. Malah sekarang kondisi pasar yang ada di
indonesia masih menunjukan praktek-praktek kapitalis. Karena melihat
kenyataan-kenyataan yang ada, setiap peraturan yang dikeluarkan malah hanya
untuk kekuatan pemodal dan bukan untuk mengatasi persoalan pasar. Nicholson
(1992:177), mengemukakan prinsipnya mengenai kesejahteraan sosial; yaitu
keadaan kesejahteraan sosial maksimum tercapai bila tidak ada seorangpun yang dirugikan.
Dikaitkan
dengan masalah pasar pengangguran, justru masih merupakan sebuah problem
tersendiri bagi pemerintah Indonesia sekarang karena masalah pengangguran ini
erat kaitannya dengan pasar tenaga kerja. Hal ini masih merupakan penyesuaian
dengan keterbatasan yang membatasi dirinya.Pasar merupakan
interaksi antara permintaan dan penawaran yang akhirnya menghasilkan harga. Dan
karena tenaga kerja termasuk dalam komoditas pasar faktor produksi, maka tenaga
kerja juga mempunyai harga dalam perdagangannya. Masih menurut cara berpikir
aliran neoklasik, kegiatan perekonomian digerakan oleh dua sumbu: investasi dan
tabungan. Dalam pandangan ini pertumbuhan ekonomi hanya mungkin terjadi bila
ada investasi, karena dengan investasi akan diraih dua hal sekaligus: 1.
investasi akan menciptakan permintaan tenaga kerja dan dengan begitu akan
menimbulkan kekuatan daya beli akibat tingkat pendapatan yang diterima oleh
pekerja. 2. Investasi akan menghasilkan barang/jasa yang dilemparkan ke pasar
dan ini menjadi dasar dari pendapatan ekonomi nasional (Erani:224).
Pembangunan
hanya bisa dicapai dengan terpenuhinya seluruh kebutuhan dasar guna meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Menurut Human Development Report (2000:3b)
menyatakan: “Development should begin with the fulfillment of the basic
material needs of an individual including food, clothing, and shelter, and
gradually reach the highest level of self-fulfillment. The most critical form
of self-fulfillment include leading a long and healthy life, being educated,
and enjoying a decent standard of living. Human development is a
multidimensional concept comparising four demension, economic,
social-psyhological, political and spiritual.
Ada
tiga peran yang dapat dilakukan negara untuk mengatasi masalah eksternalitas.
Pertama, pembagian otoritas dan tanggung jawab antara pemerintah lokal,
pemerintah pusat/negara, dan badan-badan pemerintah (misalnya pengawasan polusi
udara) yang bisa menghambat terjadinya penyimpangan seetiap program. Kedua,
keengganan umum untuk menggunakan kekuatan pasar untuk menyelesaikan masalah
eksternalitas, seperti pajak bagi penghasil polutan. Ketiga, ketidak mauan
untuk mempetimbangkan tingkat ‘optimal’ dari kerusakan lingkungan
(environmental disruption) menyebabkan eksternalitas hanya bisa diatasi melalui
pengeluaran sumberdaya masyarakat (society’s resources). Jadi dengan tiga peran
itulah negara bisa datang untuk menuntaskan masalah eksternalisasi.
Berpijak
pada pandangan inilah, maka pendekatan EPK dalam derajat tertentu menghendaki
adanya peran negara dalam aktivitas ekonomi. Mahzab Keynesian menghendaki
adanya peran negara peran negara dalam perekonomian hanya ketika mekanisme
pasar mengalami kegagalan. Oleh karena itu, sepanjang mekanisme pasar tidak mengalami
kegagalan, negara tidak diizinkan untuk mengintervensi pasar.
Lebih
lanjut, fokus utama EPK adalah
terciptanya fokus utama stabilitasproses produksi dan pertumbuhan yang
dilakukan oleh kelompok pemodal. Dengan aktivitras ini, dipastikan
kegiatan produksi sekaligus transaksi perdagangan yang dipelopori dengan aktor
utama pemilik modal akan dapat mendonasikan pendapatan yang besar bagi negara.
Internasionalisasi persaingan ekonomi merupakan kepercayaan lain yang tidak
kalah spektakuler. Kaum klasik/neoklasik berpandangan sangat logis bahwa
pemagaran persaingan ekonomi antarnegara berarti melindungi praktik inefisiensi
ekonomi yang digeliti oleh warga/firma suatu negara.
Ekonomi
Politik Keynesian. Pendekatan Keynesian mengajukan sebuah kritik terhadap
konsep pasar yang meregulasi dirinya sendiri yang banyak digunaka oleh pemikir
klasik dan neoklasik sebelumnya. Kritik dari pendekatan Keynesian ini
mempertanyakan pandangan bahwa system pasar yang tidak diregulasi akan dapat
sepenuhnya memanfaatkan potensi produksi yang ada dalam sebuah masyarakat. Inti
dari argument tentang pasar yang meregulasi dirinya sendiri adalah bahwa system
pasar akan mempertemukan orang yang memiliki permintaan dengan orang yang
memiliki pasokan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dari smeua orang akan
terpenuhi sedapat mungkin. Argumen neoklasik ini merujuk pada harga dan
permintaan. Harga dari barang akan naik atau turun sedemikian rupa sehingga
semua kebutuhan pasar akan terpenuhi yaitu semua yang dibawa produsen ke pasar
akan selalu mendapatkan pembeli. Mekanisme harga ini akan menjamin bahwa
permintaan akan selalu ada dan sekaligus membuat investasi capital diarahkan
pada bagian-bagian yang memerlukan lebih banyak investasi, dimana kebutuhan
yang lebih tinggi akan investasi ini akan ditandai dengan adanya profitabilitas
yang lebih besar. Menurut argument neoklasik ini, memang bisa jadi seorang
produsen tertentu akan gagal untuk menjual semua yang mereka produksi atau bias
mereka produksi, karena apa yang mereka jual tidak diinginkan oleh mereka yang
memiliki daya beli yang cukup untuk membelinya.
Kritik
dari pendekatan Keynesian mengatakan bahwa kegagalan untuk menemukan pembeli
bisa jadi merupakan kesalahan sistemik yang ada tidak ada hubunganya dengan
ketidakcocokan antara apa yang diproduksi dengan apa yang diperlukan, melainkan
bisa disebabkan karena kegagalan dari mekanisme pasar itu sendiri untuk menarik
pembeli-pembeli yang memiliki daya beli yang cukup. Dengan kata lain, pasar
gagal untuk mempertemukan permintaan dengan pasokan, sehingga tidak berhasil
memanfaatkan keseluruhan kapasitas produksi yang tersedia dalam masyarakat.
Kritik
dari pendekatan Keynesian berusaha untuk
mempertimbangkan kembali hubungan antara politik dengan pasar. Namun
sejauh ini, banyak ekonom dari aliran Keynesian menyimpulkan bahwa kegagalan
dalam permintaan agregat (kegagalan dari pasar untuk menarik konsumen-konsumen
dalam jumlah sesuai dengan pasokan yang ada dalam pasar) tidak harus diperlukan
sebagai sebuah masalah politik. Para ekonom Keynesian mengajukan argument bahwa
stabilitasdan kecukupan dari fungsi pasar bisa didapatkan dengan menggunakan
mekanisme-mekanisme otomatis, yaitu dengan menggunakan sarana administrative
dan bukan dengan cara politik. Argumen dari pendekatan Keynesian ini, tentus
saja, dapat diperdebatkan lagi. Tapi yang penting disini adalah bahwa
perdebatan terhadap pandangan dari aliran Keynesian ini akan menggeser fokus
dari topik-topik utama dalam ekonomi politik ke bidang yang berbeda, sehingga
akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru, diantaranya: dalam kondisi yang
bagaimana pengelolaan yang dilakukan Negara terhadap perekonomian memerlukan
agenda politik dan tidak cukup hanya dengan menggunakan fungsi administratif.
Pendekatan
Keynesian memfokuskan pada
ketidakstabilan proses reproduksi dan pertumbuhan dalam perekonomian kapitalis.
Karena adanya beberapa factor seperti yang akan dipaparkan nanti dalam bagian
ini, perekonomian kapitalis mengandung proses-proses yang membuat reproduksi di
dalamnya menjadi tidak stabil sehingga tidak dapat diperkirakan secara pasti
perkembangannya. Proses-proses yang menimbulkan ketidakstabilan ini membuat
kita menjadi ragu tentang sejauh mana pasar yang meregulasi dirinya sendiri
dapat dijadikan institusi bagi masyarakat untuk mengorganisir produksi dan
distribusi barang.
Kebijakan
ekonomi dan kerja penuh. Solusi yang ditawarkan oleh Keynes untuk
persoalan pengganguran karena itu berpusat pada tingkat aggregate demand.
Tingkat aggregate demand menentukan tingkat output yang terkait dengan tingkat
kesempatan kerja. Jika ekonomi di bawah kesempatan kerja penuh, maka tingkat
aggregate demand bisa ditingkatkan sampai ke sebuah titik yang melalui
mekanisme multiplier, ekonomi tersebut mencapai tingkat kesempatan kerja penuh.
Tingkat
aggregate demand mempunyai komponen berbeda, dalam sebuah ekonomi tertutup
komponen adalah konsumsi, investasi dan belanja Negara : AD=C+I+G. Karena itu
mengontrol AD melalui control dari kompomen-komponen itu.
Karena
dalam framework Keynesian permintaaan adalah mesin dari ekonomi (sementara
dalam framework liberal ini adalah penawaran – ingat hukum Say: penawaran
menciptakan permintaanya sendiri), maka baik kebijakan fiscal maupun moneter
menjadi alat untuk usaha mengontrol komponen tingkat aggregate demand yang karennya
akan mempengaruhi output kesempatan kerja.
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusKaos Dakwah Terbaru
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Mungkin Kau Sering Lupa Kebaikan Istrimu